Ngopi biasanya jadi pelarian dari penat, memacu semangat, dan kadang jadi pemicu ide-ide segar. Hal inilah yang dirasakan oleh Feybe Madonsa dan Indah Anthonie, dua anak muda asal Tahuna, Kepulauan Sangihe.
Dari kebiasaan menyeruput kopi sembari ngobrol ringan atau nyelesain kerja, mereka menemukan inspirasi buat bikin brand kopi sendiri–Sebelah Jalan.
Nama Sebelah Jalan mungkin terdengar simpel, seperti lokasi kedai kecil di tikungan atau spot nongkrong sederhana.
Tapi justru dari kesederhanaan itulah lahir makna yang dalam: kopi yang dekat dengan penikmatnya, akrab, dan mudah didapat.
“Nama ini nggak ribet, gampang buat mengajak teman. Tinggal bilang aja, ‘Ayo ngopi di Sebelah Jalan,’” canda Feybe, sambil tertawa.
Konsepnya memang simpel dan santai, tapi sarat makna. Di Sebelah Jalan, ngopi jadi ruang untuk berbagi cerita, bertukar ide, dan menumbuhkan keakraban. Kopi hadir sebagai pengikat percakapan, teman setia di sela aktivitas, sekaligus bagian dari rutinitas yang selalu berhasil menghangatkan suasana.
Tapi meski kesannya santai, urusan rasa nggak mereka anggap remeh. Feybe dan Indah serius dalam meracik rasa kopi berkualitas dan membangun arah bisnis Sebelah Jalan.
Motivasi Bikin Brand Kopi Sebelah Jalan
Sebagai pecinta kopi yang kerap nongkrong di kafe, mereka sadar bahwa budaya minum kopi sudah jadi gaya hidup, terutama di kalangan anak muda.
“Awalnya kita cuma suka nongkrong, minum kopi, ngobrol. Tapi lama-lama kepikiran, kenapa nggak kita bikin aja sendiri?” kata Feibe.
Dari situlah, lahir gagasan brand kopi dengan konsep street-coffee: dekat, akrab, dan fleksibel.
Namun, mendirikan Sebelah Jalan bukan hanya soal jualan kopi. Lebih dari itu, mereka ingin membangun usaha yang bisa menghidupkan semangat wirausaha lokal.
Langkah ini menjadi bagian dari dukungan terhadap gerakan UMKM kreatif anak muda Sangihe, yang perlahan mulai tumbuh.
“Pada intinya, kita ingin mengembangkan UMKM dan yang paling dekat dengan kami ya bisnis kopi,” ujar Feibe.
Untuk mewujudkan visi ini, mereka mulai dari hal yang paling dasar. Mereka menyiapkan modal sendiri, bikin riset kecil-kecilan, merancang menu, hingga menentukan desain kemasan. Semuanya mereka kerjakan berdua, secara mandiri.
“Kita racik sendiri supaya dapat rasa yang pas. Mulai dari biji kopi sampai sajian akhirnya, semua kita uji coba bareng,” tuturnya.
Ditanya soal target pasar, keduanya sepakat kalau Gen Z dan Milenial adalah segmen utama.
Alasannya jelas—anak muda saat ini akrab dengan kopi, terbiasa dengan aktivitas digital, dan gemar mencari tempat atau produk yang punya story-nya sendiri.
“Anak muda sekarang nggak bisa lepas dari kopi. Jadi kita fokus ke mereka, yang suka nongkrong tapi juga aktif di dunia digital,” jelas Feybe.
Cara Pesan Kopi Sebelah Jalan
Berbeda dari kedai kopi konvensional, Kopi Sebelah Jalan mengusung konsep kopi mobile tanpa tempat tetap, yang fleksibel dan praktis. Pemesanan dilakukan secara online dengan sistem pengantaran langsung.
Untuk saat ini, mereka hanya melayani pemesanan di wilayah Tahuna. Ada tiga menu yang bisa dipilih, yaitu Coffee Boat, Kopsuga, dan Orenz Americano—dengan harga ramah di kantong, mulai dari Rp16.000 sampai Rp23.000.
“Sekarang ini kita bisa dipesan lewat online. Jadi fleksibel, kopi kami bisa ‘datang’ ke mana saja di area Tahuna,” ungkap Feybe.

Bagi yang mau pesan cukup pesan via Facebook dan Instagram @sebelahjalan atau pesan langsung via Whatsapp 085241729662.
Model bisnis ini, kata Feybe, dipilih karena menyesuaikan dengan pola hidup anak-anak muda yang cepat, praktis, dan terbiasa dengan layanan berbasis digital.
Saat ini, Sebelah Jalan masih dalam tahap awal pengembangan. Namun, dengan semangat dan komitmen terhadap kualitas rasa, Indah dan Feybe optimis brand mereka akan terus tumbuh dan dikenal lebih luas.
Dengan langkah yang penuh keyakinan, mereka siap membawa Sebelah Jalan lebih dekat ke hati anak muda Sangihe—satu teguk kopi, satu cerita, di Sebelah Jalan.