Dari Perbatasan Sangihe, Merah Putih Berkibar Tanpa Lelah

Makna kemerdekaan bagi warga Sangihe begitu nyata: kebebasan untuk hidup damai di tanah sendiri.

The Narator

Peringatan Detik Proklamasi sudah di hadapan mata di penjuru negeri , seluruh rakyat Indonesia serentak merayakan hari lahir bangsa dengan penuh suka cita. Di Kabupaten Kepulauan Sangihe, wilayah perbatasan yang terhampar di antara birunya Laut Sulawesi dan Samudra Pasifik, semangat itu terasa begitu membara. Dari kampung kecil di pesisir hingga sudut-sudut kota Tahuna, bendera merah putih berkibar gagah, menghiasi rumah, perahu nelayan, hingga jalanan yang sepi sekalipun.

Bagi masyarakat Sangihe, perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI bukan sekadar tradisi tahunan. Ini adalah simbol persatuan yang mengikat mereka di tengah jarak, keterbatasan fasilitas publik, dan tantangan hidup di daerah terpencil.

Meski jauh dari pusat pemerintahan, nasionalisme warga perbatasan kerap terasa lebih menggelora.

“Semarak kemerdekaan di daerah perbatasan tidak hanya menjadi momen tahunan, tetapi diharapkan dapat menjadi pendorong pembangunan di wilayah ini,” ujar Asisten Pemerintahan dan Pembangunan Kabupaten Sangihe, J. Pilat.

Makna kemerdekaan bagi warga Sangihe begitu nyata: kebebasan untuk hidup damai di tanah sendiri, kesempatan memperoleh pendidikan yang layak, layanan kesehatan yang memadai, penghidupan yang lebih baik, serta rasa aman dari ancaman luar.

Perayaan ini menjadi pengingat bahwa mereka adalah garda terdepan yang menjaga kedaulatan negara.

Di tengah keterbatasan infrastruktur, warga bersama pemerintah bertekad memperkuat pembangunan, meningkatkan pelayanan publik, dan membuka peluang ekonomi.

Semangat merah putih yang berkibar di Sangihe adalah pesan dari perbatasan: meskipun berada jauh dari pusat, cinta kepada Indonesia tetap teguh di hati.

Penulis: Jaya Bawole

Bagikan

Artikel Terkait

More